Cara menghindari hasad - Bukan hanya karena menjadi salah satu sifat tercela, hasad sebisa mungkin harus dihindari karena dapat menimbulkan kerugian bagi yang merasakannya. Mulai dari merasa resah tanpa alasan hingga hilangnya pahala dari perbuatan baik yang telah dikerjakan dengan sebaik mungkin. Lantas, bagaimana cara menghindari hasad? Bagaimana pengertian hasad itu sendiri?
Yuk cari tahu jawabannya di artikel ini!
Pengertian Hasad
Hasad adalah iri dan dengki. Kata ini berasal dari bahasa arab, yakni hasada- yahsidu- ihsid.
Imam Nawawi memberi penjabaran lebih lanjut mengenai hasad. Ia mengatakan bahwa hasad adalah memiliki angan-angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari diri orang tersebut. Kenikmatan tersebut bisa berarti dalam hal apapun, termasuk urusan agama dan dunia.
Sehingga, hasad dapat dimaknai sebagai perasaan negatif yang muncul tanpa alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang baik. Hal baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, serta prestasi, dan ingin kenikmatan tersebut berhenti dimiliki oleh orang itu.
Cara Hindari Hasad
Sebagai salah satu sifat tercela, tentu umat manusia khususnya umat Islam sangat dianjurkan untuk tidak memiliki sifat hasad.
Berikut ini merupakan 6 cara menghindari hasad yang dapat langsung diterapkan:
- Tidak mengekspresikan sifat hasad
Nabi SAW bersabda, “Seseorang tidak dapat menghindar dari tiga hal, Ath Thiyaroh (pesimis karena melihat sesuatu), su’udzhon (berprasangka buruk) & hasad (iri hati). Karena itu, jika engkau pesimis jangan diikuti, jika berprasangka buruk jangan mencari tahu dan jika iri hati jangan menganiaya (yakni jangan cetuskan isi hati dalam bentuk ucapan atau pun perbuatan)” (HR. Abu Rozzak)
Sebagaimana yang dikatakan Rasul pada hadis di atas, tidak ada manusia yang terbebas dari hasad, kecuali yang dijaga oleh Allah. Hal ini ditegaskan oleh ulama Ibnu Rajab bahwa hasad lekat dengan tabiat manusia, yakni tidak ingin diungguli oleh siapapun dalam hal-hal kebaikan.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk tidak mengikuti rasa iri atau dengki saat ia muncul. Jangan ekspresikan hasad tersebut melalui anggota tubuh ataupun ekspresi wajah.
مَا خَلَا جَسَدٌ مِنْ حَسَدٍ، لَكِنَّ اللَّئِيمَ يُبْدِيهِ وَالْكَرِيمَ يُخْفِيهِ
Artinya: “Tak ada jasad yang selamat dari hasad. Akan tetapi orang yang buruk menampakkannya dan orang yang baik menyembunyikannya,” (Majmu’ Fatawa 10/125)
- Membiasakan sikap rendah hati
Cara selanjutnya agar dapat menghindari sifat hasad ialah dengan rendah hati. Senantiasa ingat, bahwa rendah hati jauh berbeda dengan rendah diri.
Sikap rendah hati akan membuat seseorang tidak merasakan kesombongan akan tetapi tetap mampu maksimal dalam menjalankan aktivitas hariannya.
Orang yang rendah hati pun sangat jarang memiliki sifat hasad, karena sikap rendah hati membuat mereka mengakui kelebihan pihak lain di atas mereka, serta tidak mengolok ataupun senang dengan kekurangan yang dimiliki pihak lain dibanding mereka.
- Meningkatkan intensitas ibadah
Lebih sering melakukan ibadah juga dapat menjadi alternatif seseorang untuk menghindari datangnya sifat hasad. Selain menjalankan ibadah wajib yang senantiasa dilakukan, dapat pula ditambah dengan ibadah sunnah dan diakhiri dengan berdoa agar dijauhkan dari sifat hasad.
- Banyak membantu orang
Jika berbicara tentang membantu, tentu bukan berarti harus melulu hal-hal yang sifatnya besar. Jangan juga memaksakan diri membantu orang di saat situasi diri tidak memungkinkan.
Cukup biasakan diri membantu aktivitas sederhana yang tidak dapat dilakukan orang di sekitar pada saat itu. Dengan menyadari bahwa orang yang mendapat bantuan merasa terbantu dan mengucapkan terima kasih, akan muncul perasaan saling menghargai satu sama lain, sehingga dapat meminimalisir perseteruan yang dapat memancing timbulnya sifat hasad.
(Baca juga: Hal ini yang membuat orang terkena sifat hasad)
- Selalu bersyukur
Kegiatan mengucapkan syukur kepada Allah, dapat memunculkan perasaan dan keyakinan bahwa pada dasarnya tiap individu tidak dapat melakukan apapun tanpa ada izin dan pertolongan dari-Nya.
Bersyukur sebaiknya dilakukan kala mendapat kebahagiaan ataupun kesulitan. Mengapa harus di saat keduanya? Karena jika hanya bersyukur di salah satu kejadian, akan muncul pikiran negatif pula terhadap Sang Pencipta.
- Melatih berprasangka baik
Tidak semua namun kebanyakan, hasad terjadi karena orang tersebut hanya melihat kejadian dari satu sisi saja. Mayoritas orang tidak mau repot untuk mencari tahu usaha apa saja yang mungkin dilakukan orang tersebut untuk mendapat hasil gemilang itu.
Oleh karena itu, jika tidak melatih diri untuk berprasangka baik, akan ada ruang kosong yang diisi oleh beragam pikiran negatif, yang bahkan belum tentu aslinya seperti itu.
Dengan mengisi ruang spekulasi tersebut dengan prasangka baik, sifat hasad yang baru saja akan muncul, langsung menghilang diganti oleh pikiran baik tadi.
Bahaya Hasad
Berikut 4 riwayat yang menggambarkan tentang betapa sifat hasad begitu berbahaya:
-
Melakukan Hal yang Sia-sia
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (١٢٠)
Artinya: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120)
Melalui ayat di atas, dapat diketahui dengan pasti bahwa orang yang hasad terhadap orang lain dengan mengharapkan keburukan terjadi pada orang tersebut, pada dasarnya melakukan hal yang sia-sia.
-
Dapat Menghanguskan Kebaikan
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ
Artinya: “Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar,” (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)
Sebagaimana arti dalam hadis tersebut, sedikit sifat hasad mampu menghanguskan kebaikan yang telah dilakukan dengan banyak usaha. Kebaikan yang banyak tersebut dapat hilang tanpa sisa selayaknya kayu bakar yang menjadi abu saat dibakar.
-
Hilang Kemuliaan dan Masuk Neraka Jahanam
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Artinya: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah,” (QS. Al-Araf:12)
Pada ayat ini, iblis hasad kepada Adam karena Allah menyuruhnya untuk bersujud pada Adam. Oleh karena itu, iblis yang dulunya mulia dan termasuk jajaran malaikat harus keluar dari surga dan ditakdirkan untuk masuk neraka jahanam.
-
Dosa Pertama di Langit dan di Muka Bumi
عُصِيَ اللهُ بِهِ فِي السَّمَاءِ الْحَسَدُ وَأَوَّلُ ذَنْبٍ عُصِيَ اللهُ بِهِ فِي الأَرْضِ الْحَسَدُ
Artinya: “Dosa yang pertama kali terjadi di langit adalah hasad (hasadnya iblis kepada Adam). Demikian pula dosa yang pertama kali terjadi di bumi adalah hasad (hasad yang mendorong salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudaranya).” (Tafsir al-Qurthubi, 20/259)
Oleh sebab itu, akan lebih baik jika kita memberi perhatian lebih terhadap sifat hasad. Pasalnya, saking berbahaya dan sulit untuk menyadarinya, hasad menjadi perbuatan melanggar yang dilakukan baik oleh jin dan manusia.
Usai sudah sekelumit bahasan mengenai pengertian hasad, cara menghindari sifat hasad, dan bahaya memiliki sifat hasad.
Semoga informasinya bermanfaat. Untuk kemudahan mendapatkan produk proteksi syariah untuk sahabat, Wakalahmu sebagai marketplace asuransi khusus syariah pertama di Indonesia hadir menawarkan beragam pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan sahabat.
Foto: Unsplash